”Tujuh
Kecerdasan yang Patut Dikenali”
Sri Rachmawati
A
|
da tujuh
kecerdasan dasar yang digagas oleh Howard Gardner yang biasa
disebut Multiple Intelligences. Ketujuh kecerdasan itu adalah:
Kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal,
interpersonal, dan intrapersonal. Setiap anak bisa memiliki satu atau beberapa
kecerdasan yang menonjol dan beberapa kecerdasan lain yang normal atau bahkan
rendah. Berikut ini penjelasan untuk setiap jenis kecerdasan:
1) Kecerdasan
Linguistik
Kemampuan
menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan
ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi
(bunyi bahasa), semantik (makna bahasa), dimensi pragmatik (penggunaan praktis
bahasa). Penggunaan bahasa mencakup aspek retorika (penggunaan bahasa untuk
memengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan tertentu), mnemonik (penggunaan
bahasa untuk mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi
informasi), dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu
sendiri). Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh pendongeng, orator, politisi, pembawa acara, pembicara
publik, penceramah, sastrawan, wartawan, editor, penulis skenario, dan
sebagainya.
2) Kecerdasan
Matematis-logis
Kemampuan
menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan
ini meliputi kepekaan terhadap pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil
(jika-maka, sebab-akibat) , fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses
yang digunakan dalam kecerdasan matematis-logis antara lain: kategorisasi,
klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, dan pengujian
hipotesis. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh ahli matematika, insinyur,
pekerja keuangan, bankir, ahli statistik, ilmuwan, programmer, perencana, dan
sebagainya.
3) Kecerdasan
Spasial
Kemampuan
mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi
dunia spasial-visual tersebut. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna,
garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar-unsur tersebut. Kecerdasan ini
meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau
spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh arsitek, dekorator, seniman, inventor,
desainer, pelukis, pematung, fotografer,
sutradara
film, dan sebagainya.
4) Kecerdasan
Kinestetis-Jasmani
Keahlian
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan
menggunakan tangan untuk mencitakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan
fisik yang spesifik, seperti koordinasi keseimbangan, ketrampilan, kekuatan,
kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal-hal yang
berkaitan dengan sentuhan. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh perajin,
mekanik, dokter bedah, pematung, atlet, aktor, penari, dan sebagainya.
5) Kecerdasan
Musikal
Kemampuan
menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi, membedakan,
menggubah, dan mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan para irama,
pola titi nada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh: pemain musik, penyanyi, komposer,
pembuat efek, penari, dan sebagainya.
6) Kecerdasan
Interpersonal
Kemampuan
mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang
lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara,
gerak-isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan
menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh: politisi, marketer, pekerja sosial,
psikolog, pewawancara, anak-gaul, dan sebagainya.
7) Kecerdasan
Intrapersonal
Kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan
ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan
diri); kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan
keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Kecerdasan
ini biasanya dimiliki oleh penulis, spiritualis, psikolog, ilmuwan, dan
sebagainya.
Oleh karena itu hasil tes IQ bukan berarti
kartu mati, bila kita mendapatkan seorang anak hanya mendapat nilai di bawah
rata-rata. Gali dan kenali kecerdasannya yang lain. Teori yg menarik dan
membuat kita lebih hati-hati menilai anak-anak. Kita tak perlu lagi membuat
label anak-anak bodoh hanya karena tesIQ-nya rendah atau
bahkan membuat pencitraan anak-anak nakal di kelas. Padahal, kenakalan itu
seringkali merupakan "pemberontakan" atas gaya belajar
yang dipaksakan kepada mereka dan membuat anak tidak dapat berkembang sesuai
gaya alami mereka.
Anak-anak mempunyai dunia-nya sendiri yang
kadang tak terimbangi oleh kemampuan orang disekitarnya. Namun, dengan dunia-nya
itu dapat membuat sebuah maha karya yang patut dikagumi. Biarkan mereka
berkembang dengan dunia-nya, hanya saja tugas orang tua dan guru sebagai
pemerhati atas semua tingkah dan lakunya.
Apabila
sinergi ini berjalan dengan baik, mudah-mudahan di masa akan datang lahir putra
putri terbaik yang akan membuat cerah
dan gemilang Indonesia
Amien.........Suatu Masa..